Untuk tambahan literasi Mata Pelajaran Fisika bagi siswa-siswi MAN 2 Kota Probolinggo. Bagi kalian yang tidak memiliki buku ini sudah bisa kalian pakai belajar.
Kompetensi Dasar ( Kurtilas) 3.2.Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran
besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka penting, serta notasi ilmiah 4.2.Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis
berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat
serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab ini, Kalian dapat
1. mengklasifikasikan macam-macam alat ukur berdasarkan besaran yang diukur, mengklasifikasikan macam-macam alat ukur berdasarkan besaran yang diukur,
2. mengukur dengan menggunakan alat ukur yang sesuai, mengukur dengan menggunakan alat ukur yang sesuai,
3. melakukan pengolahan data hasil pengukuran dengan menggunakan aturan angka penting, elakukan pengolahan data hasil pengukuran dengan menggunakan aturan angka penting,
4. menuliskan hasil pengukuran dengan menggunakan aturan penulisan notasi ilmiah, menuliskan hasil pengukuran dengan menggunakan aturan penulisan notasi ilmiah,
5. menentukan nilai ketidakpastian pada pengukuran berulang, dan menentukan nilai ketidakpastian pada pengukuran berulang, dan
6. merancang percobaan untuk menyelidiki suatu kasus terkait pengukuran.
Materi Pokok
Pengukuran:
·Ketelitian (akurasi)
dan ketepatan (presisi)
·Penggunaan alat ukur
·Kesalahan pengukuran
·Penggunaan angka
penting
Pengukuran,
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan nilai besaran yang diukur dengan alat ukur yang ditetapkan sebagai satuan. Contoh: mengukur panjang meja dengan sebatang pensil (panjang meja sebagai besaran, pensil sebagai alat ukur, dan panjang pensil sebagai satuannya).
Ketelitian(Akurasi) dan Ketepatan (Presisi)
Ketelitian menyatakan tingkat kesesuaian hasil pengukuran terhadap
harga atau nilai yang sebenarnya; sedang ketepatan menyatakan tingkat
kesamaan di dalam sekelompok pengukuran atau sejumlah instrumen.
Misalkan kita bandingkan dua buah voltmeter dengan model dan dari
pabrikan sama. Mestinya kedua voltmeter tersebut dapat dibaca dengan
ketepatan yang sama, tetapi dapat pula terjadi ketelitian kedua
voltmeter tersebut dapat berbea sama sekali.
Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan sistem dalam salah satu
voltmeter tersebut, misalkan berubahnya tahaman seri di dalam sasalah
satu voltmeter tersebut. Untuk menentukan voltmeter mana yang
menghasilkan kesalahan ukur, diperlukan perbandingan terhadap voltmeter
standar (kalibrasi). Ketepatan terdiri dari dua karakteristik, yaitu (1)
kesesuaian, dan (2) jumlah angka yang berarti dari suatu hasil
pengukuran.
Kesesuaian adalah suatu persyaratan yang perlu tetapi belum cukup
untuk memperoleh ketepatan, misalkan sebuah tahanan 1,384572 mega-ohm
diukur dengan ohmmeter secara konsisten dan berulang memberikan hasil
pengukuran sebesar 1,4 mega-ohm. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah
hasil pengukuran tersebut telah membaca harga yang sebenarnya? Tentu
saja belum, karena kita masih perlu membicarakan angkaangka yang berarti
dari hasil pengukuran.
Angka-angka yang berarti tersebut memberikan informasi yang aktual
mengenai kebesaran dan ketepatan pengukuran. Makin banyak angka yang
berarti, ketepatan pengukuran menjadi lebih besar. Sebagai contoh, jika
nilai sebuah tahanan adalah 68 ohm, ini berarti bahwa tahanan tersebut
akan lebih mendekati 68 ohm daripada 67 ohm atau 69 ohm. Selanjutnya
jika disebutkan nilai tahanan adalah 68,0 ohm, berarti nilai tahanan
tersbut lebih mendekati 68,0 ohm daripada 67,9 ohm atau 68,1 ohm.
Pada 68 ohm terdapat dua angka yang berarti, sedang pada tahanan 68,0
ohm terdapat tiga angka yang berarti, yang memiliki ketepatan yang
lebih tinggi daripada tahanan 68 ohm. Sudah menjadi kelaziman untuk
mencatat suatu hasil pengukuran dengan menggunakan semua angka yang kita
yakini paling mendekati ke harga yang sebenarnya. Misalnya, jika sebuah
voltmeter dibaca 117,1 volt; maka ini menunjukkan bahwa penaksiran yang
paling baik menurut pengamat yang lebih mendekati ke 117,1 volt
daripada 117,0 volt atau 117,2 volt.
Cara lain untuk menyatakan hasil pengukuran ini adalah menggunakan
rangkuman kesalahan yang mungkin, sehingga dapat dituliskan menjadi
117,1 ± 0,05 volt. Contoh: Serangkaian pengukuran tegangan yang
dilakukan dengan konsisten oleh empat pengamat memberikan data hasil
pengukuran: 117,02 volt, 117,11 volt, 117,08 volt, dan 117, 03 volt.
Tentukan (1) nilai rata-rata, dan (2) rangkumankesalahan ukurnya.
Penyelesaian:
Rangkuman Kesalahan (mak) = Umak – Urata-rata = 117,11 – 117,06 = 0,05 V
Rangkuman Kesalahan (min) = Urata-rata – Umin = 117,06 – 117,02 = 0,04 V
Rangkuman kesalahan rata-rata = ± 0,045 = ± 0,05 V
Sering terjadi bahwa banyaknya angka belum tentu menyatakan ketepatan
pengukuran. Bilangan-bilangan besar dengan anka-angka nol sebelum titik
desimal sering digunakan pada penaksiran jumlah penduduk atau uang.
Misalnya, jika jumlah penduduk sebuah kota dilaporkan dalam enam angka
yaitu 380.000, ini dapat diartikan bahwa penduduk yang sebenarnya adalah
antara 379.000 dan 380.001 yakni dalam enam angka yang berarti.
Tetapi walaupun dalam enam angka berarti bukan 370.000 atau 390.000
karena jumlah penduduk tersebut tidak lebih mendekati ke angka 380.000.
Bentuk penulisan teknis yang lebih tepat adalah menggunakan perpangkatan
sepuluh, misalnya 38 x 104 atau 3,8 x 105. Di sini ditunjukkan bahwa
jumlah penduduk hanya teliti sampai dua angka yang berarti.
Ketidakpastian yang disebabkan oleh angka-angka nol di sebelah kiri
titik desimal biasanya diatasi dengan tanda penulisan ilmiah yaitu
dengan menggunakan perpangkatan sepuluh.
Besaran dan Satuan
A. BESARAN
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan nilai.
Jika ditinjau dari arah dan nilainya, besaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Besaran skalar, yaitu besaran yang hanya memiliki nilai tanpa memiliki arah. Contoh: massa, panjang, waktu, energi, usaha, suhu, kelajuan dan jarak.
2. Besaran vektor, yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh: gaya, berat, kuat arus, kecepatan, percepatan dan perpindahan.
Sedangkan, berdasarkan jenis satuannya, besaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu dan tidak tersusun atas besaran lain. Besaran pokok terdiri atas tujuh besaran. Tujuh besaran pokok dan satuannya berdasarkan sistem satuan internasional (SI) sebagaimana yang tertera pada tabel berikut:
Tabel Besaran Pokok dan Satuannya
Besaran Pokok
Satuan SI
Massa
kilogram (kg)
Panjang
meter (m)
Waktu
sekon (s)
Kuat Arus
ampere (A)
Suhu
kelvin (K)
Intensitas Cahaya
candela (Cd)
Jumlah Zat
mole (mol)
Sistem satuan internasional (SI) artinya sistem satuan yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, yang berlaku secara internasional.
b. Besaran Turunan
Besaran turunan merupakan kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok. Contoh besaran turunan adalah luas suatu daerah persegi panjang. Luas sama dengan panjang dikali lebar, dimana panjang dan lebar keduanya merupakan satuan panjang. Perhatikan tabel besaran turunan, satuan dan dimensi di bawah ini.
Satuan adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur. Jenis-jenis satuan yaitu:
a. Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara internasional tau disebut dengan satuan internasional (SI). Contoh: meter, kilogram, dan detik. Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Sistem MKS (Meter Kilogram Sekon) 2. Sistem CGS (Centimeter Gram Second)
Tabel Satuan Baku
Besaran Pokok
Satuan MKS
Satuan CGS
Massa
kilogram (kg)
gram (g)
Panjang
meter (m)
centimeter (cm)
Waktu
sekon (s)
sekon (s)
Kuat Arus
ampere (A)
statampere (statA)
Suhu
kelvin (K)
kelvin (K)
Intensitas Cahaya
candela (Cd)
candela (Cd)
Jumlah Zat
kilomole (mol)
mol
b. Satuan Tidak Baku
Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional dan hanya digunakan pada suatu wilayah tertentu. Contoh: depa, hasta, kaki, lengan, tumbak, bata dan langkah.
Satuan SI(Standart International)
Satuan Panjang
Satuan
panjang menurut SI adalah meter (disingkat m). Satuan ini didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh dalam perjalanan cahaya di ruang hampa (
vakum) selama (1/299.792.458) detik.
Standar panjang internasional pertama kali
dibuat adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran platina iridium
yang disebut meter standar. Batang meter tersebut disimpan oleh
Organisasi Internasional Timbangan dan Ukuran di Sevres , dekat Paris.
Satu meter didefinisikan jarak antara dua goresan pada meter standar
yang bersuhu 0° C.
Pada tahun 1960 standar satuan panjang
diubah lagi. Satu meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang
gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom -atom Krypton -86 pada
suatu lucutan listrik di ruang hampa.
Pada tahun 1983, definisi satu meter
diubah lagi. Definisi satu meter yang baru adalah jarak yang ditemapih
cahaya dalam ruang hampa selama (1/299.792.458) detik.
2. Satuan Massa
Massa menyatakan banyaknya zat yang
dikandung oleh sutau benda. Massa benda selalu sama dimanapun benda itu
berada. Satuan SI untuk massa benda adalah Kilogram (Kg). Satu kilogram
standar adalah massa silinder logam yang terbuat dari 90% platina dan 10% iridium.
Massa standar ini disimpan dalam kondisi yang dikontrol secara ketat di International Bureau of Weight and Measure di kota Sevres, Prancis sejak tahun 1889.
Dengan meniru kilogram standar, dibuatlah
standar sekunder. Stadar sekunder ini kemudian disebarkan ke badan
metrologi diberbagai negara. Massa dapat ditentukan dengan menggunakan
neraca berlengan sama.
Replika massa standar yang terbuat dari platina iridium
Tepatnya pada tahun 1992, diketahui bahwa logam massa standar
mengalami perubahan sebesar 50 mikrogram, setara dengan butir pasir
ukuran 0,4 milimeter.
Perubahan ukuran massa standar inilah yang menarik para ilmuwan untuk menyepakati cara baru mengukur massa satu kilogram.
Nilai massa standar akan didefinisikan dengan konstanta planck.
Kontanta planck dilambangkan dengan “h”, yang merupakan ukuran paket
energi terkecil atau quanta.
Kibble,
Alat pengukuran yang menggunakan energi mekanik atau elektromagnetik, sebagai alat yang dipakai untuk mengukur nilai massa kilogram standar
Konstanta
planck memiliki nilai 6,6261 x 10^-34 J s (kg m2/s). Konstanta planck
ini akan menunjukkan satuan massa satu kilogram yang berkaitan dengan
panjang dan waktu.
Pengukuran kilogram dengan konstanta planck
dilakukan menggunakan alat bernama kibble. Kibble merupakan alat
pengukuran menggunakan energi mekanik atau elektromagnetik.
Jadi berdasar definisi
baru, perhitungan untuk besaran satu kilogram dengan menetapkan nilai
numerik konstanta Planck agar sama dengan 6.626 069 ... x 10-34 ketika
dinyatakan dalam satuan SI s - 1 m2 kg, yang sama dengan Js."
Jadi berdasar definisi
baru, perhitungan untuk besaran satu kilogram dengan menetapkan nilai
numerik konstanta Planck agar sama dengan 6.626 069 ... x 10-34 ketika
dinyatakan dalam satuan SI s - 1 m2 kg, yang sama dengan Js."
Jadi berdasar definisi
baru, perhitungan untuk besaran satu kilogram dengan menetapkan nilai
numerik konstanta Planck agar sama dengan 6.626 069 ... x 10-34 ketika
dinyatakan dalam satuan SI s - 1 m2 kg, yang sama dengan Js."
Standar satuan waktu adalah sekon (detik).
Sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh atom Caesium
-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Waktu standar ini
disebut juga jam atom karena ditentukan dari getaran atom caesium.
4. Satuan Kuat Arus
Standar arus listrik adalah ampere
(disingkat A). Satu amper didefinisikan sebagai arus tetap, yang
dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang penghantar
sejajardengan panjang tak terhingga, dengan luas penampang dapat
diabaikan dan terpisah sejauh satu meter dalam ruang hampa, sehingga
menghasilkan gaya antara kedua batang penghantar sebesar 2 x 10 ¯³ N/m
5. Satuan Suhu
Suhu memiliki satuan internasionalKelvin
(disingkat K). Kelvin dijadikan satuan standar karena pada skala o° K
molekul suatu zat tidak akan bergetar dan berotasi. Dan setiap kenaikan 1
K berarti suhu mengalami kenaikan 1/273,16 º C.
6. Satuan internasional cahaya
Satuan intensitas cahaya adalah candela (Cd) adalah besaran yang
menyatakan daya yang dipancarkan suatu sumber cahaya pada arah tertentu
per satuan sudut. Pengukuran intensitas cahaya media optika dan
fotometri sebesar 1 candela sama dengan intensitas sebuah sumber cahaya
yang memancarkan radiasi monokromatik dengan frekwensi 540 x 10 pangkat
12 Hz dan memiliki intensitas pancaran 1/683 watt per steradian pada
arah tertentu.
7. Satuan Jumlah Zat
Jumlah zat memiliki satuan Internasional mol. Istilah mol diperkirakan berasal dari kata bahasa Jerman yaitu molekul.Satu
mol didefinisikan sebagai jumlah zat suatu sistem yang mengandung
“entitas elementer”( atom, molekul, ion, elektron) sebanyak atom – atom
yang berada dalam 12 gram atom karbon -12. sehingga :
Satu mol besi mengandung sejumlah atom yang sama banyaknya dengan satu mol emas
Satu mol benzena mengandung sejumlah molekul yang sama banyaknya dengan satu mol air
Jumlah atom dalam satu mol besi sama dengan jumlah molekul dalam satu mol air.
Alat Ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran.
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada skala terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut. Beberapa contoh alat ukur sesuai dengan besarannya, yaitu:
a. Alat Ukur Panjang
1. Mistar (Penggaris)
Mistar adalah ala ukur panjang dengan ketelitian sampai 0,1 cm atau 1 mm. Pada pembacaan skala, kedudukan mata pengamat harus tegak lurus dengan skala mistar yang di baca.
2.Jangka Sorong
Jangka sorong dipakai untuk mengukur suatu benda dengan panjang yang kurang dari 1mm. Skala terkecil atau tingkat ketelitian pengukurannya sampai dengan 0,01 cm atau 0,1 mm. Umumnya, jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, diameter bola, ebal uang logam, dan diameter bagian dalam tabung. Jangka sorong memiliki dua skala pembacaan, yaitu: a). Skala Utama/tetap, yang terdapat pada rahang tetap jangka sorong. b). Skala Nonius, yaitu skala yang terdapat pada rahang sorong yang dapa bergeser/digerakan.
3.Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang dengan ingkat ketelitian terkecil yaiu 0,01 mm atau 0,001 cm. Skala terkecil (skala nonius) pada mikrometer sekrup terdapat pada rahang geser, sedangkan skala utama terdapat pada rahang tetap. Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda bundar dan plat yang sangat tipis.
Banyak macam alat ukur panjang baik skala maupun digital seperti gambar berikut;
Alat Ukur Massa
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca. Berdasarkan cara kerjanya dan keelitiannya neraca dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Neraca digital, yaitu neraca yang bekerja dengan sistem elektronik. Tingkat ketelitiannya hingga 0,001g.
Neraca O'Hauss, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian hingga 0.01 g
Banyak macam alat ukur massa yang sudah beredar di dunia:
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu, antara l
Alat Ukur Waktu
Satuan internasional untuk waktu adalah detik atau sekon. Satu sekon standar adalah waktu yang dibuuhkan oleh atom Cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu, antara lain jam matahari, jam dinding, arloji (dengan ketelitian 1 sekon), dan stopwatch (ketelitian 0,1 sekon).
4. Alat Ukur Suhu
Suhu merupakan ukuran panas atau dingin suatu benda. Mengukur
suhu tidak bisa dilakukan hanya dengan meraba, melainkan harus
menggunakan alat untuk mengetahui berapa nilai besarannya. Alat ukur
suhu dinamakan termometer dan satuan suhu dalam SI ialah Kelvin (K).
Namun, beberapa orang masih menganggap jika satuan suhu ialah celcius. Banyak macam alat ukur suhu antara lain seperti berikut:
5. Kuat Arus Listrik (Ampere)
Kuat arus listrik yaitu jumlah
muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu melalui kawat penghantar.
Besaran ini dapat diukur menggunakan alat pengukur kuat arus listrik
yang disebut amperemeter. Kuat arus listrik dalam SI menggunakan satuan
Ampere.
6. Intensitas Cahaya (Kandela)
Intensitas cahaya
digunakan untuk mengukur daya yang terpancar dari sebuah sumber cahaya
pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan intensitas cahaya menurut SI
ialah Kandela (Cd). Untuk mengukur intensitas cahaya, kita bisa
menggunakan alat ukur intensitas cahaya yang disebut lightmeter.Banyak macam model alat ukut intensitas cahaya.
7. Jumlah Zat (mol)
Besaran
pokok terakhir ialah jumlah zat, yaitu jumlah zat dasar yang di
tersusun atas elektron, atom, ion, molekul, atau partikel lain. Tidak
ada alat ukur untuk mengukur nilai besaran jumlah zat. Untuk
mengetahuinya kita harus menghitung dengan mengukur besaran massanya
terlebih dahulu. Satuan jumlah zat menurut SI ialah molekul (mol).
Bentuk Kesalahan Dalam Pengukuran Dan Cara Penanganan Terlengkap
Kesalahan (error) dalam Pengukuran dan Sumber-sumbernya
Ketika
didefinisikan dengan benar, kesalahan (error) atau ketidakpastian hanya
berkenaan dengan pengukuran-yaitu untuk memperkirakan suatu nilai
ketika nilai eksak suatu pengukuran tidak mungkin diperoleh. Kesalahan
tidak berlaku pada perhitung-an, di mana nilai eksaknya mungkin
diperoleh. Sebagai contoh, mengukur tinggi badan seorang anak bisa
menghasilkan hasil ukur yang berbeda-beda ketika dilakukan pengukuran
berulang-ulang, dan nilai eksaknya pun tidak diketahui secara pasti,
sehinsgga hasilnya bisa dinyatakan misalnya sebagai 160 cm plus minus 2
cm. Namun, menghitung jumlah siswa di dalam kelas bisa menghasilkan
nilai eksak, misalnya 40 siswa.
Pada
dasamya, dalam suatu pengukuran terdapat dua jenis kesalahan, yaitu
kesalahan sistematis dan kesalahan random (acak). Sebelum membahas kedua
jenis kesalahan ini, akan dibahas lebih dulu sumber-sumber kesalahan.
Kesalahan alami
Biasanya, suatu pengukuran dilakukan di lingkungan yang tidak dapat
dikontrol. Efek suhu, tekanan atmosfer, angin, gravitasi bumi pada alat
ukur akan menimbulkan kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran.
Kesalahan alat
Pengukuran, baik yang dilakukan dengan alat ukur yang sederhana maupun
alat ukur yang canggih, tetap saja memungkinkan terjadinya kesalahan,
misalnya karena ketidaksampumaan pembuatan alat ukumya di pabrik atau
kesalahan kalibrasi.
Kesalahan manusia
Karena manusia secara langsung terlibat dalam pengukuran, dan cukup
banyak unsur subjektif dalam diri manusia, maka kesalahan yang
diakibatkan oleh manusia sangat mungkin terjadi dalam pengukuran. Sistem
otomatisasi dan digitalisasi telah mengurangi sumber kesalahan yang
berasal dari manusia ini. Contoh kesalahan yang ditimbulkan oleh manusia
adalah kesalahan paralaks.
Kesalahan hitung
Kesalahan hitung meliputi cukup banyak hal, misalnya tentang jumlah
angka penting yang berbeda-beda dari beberapa hasil pengukuran,
kesalahan pembulatan hasil pengukuran, dan penggunaan faktor
konversi satuan.
Kesalahan Sistematik
Kesalahan
sistematik dalam pengukuran adalah kesalahan-kesalahan yang secara umum
berkaitan dengan kesalahan pengaturan alat, kalibrasi alat ukur, atau
pengaruh lingkungan tempat di mana pengukuran dilakukan. Contoh
kesalahan sistematik adalah ketika meteran plastik yang digunakan tukang
bangunan untuk mengukur jarak antara dua titik memanjang karena panas,
diameter ban mobil bukan diameter sebenamya yang akan menghasilkan
bacaan jarak tempuh pada odometer mobil, dan lain sebagainya. Karena
kesalahan sistematik bisa dilacak sumbemya, maka kesalahan sistematik
bias dikoreksi atau dikurangi.
Cara
untuk mengurangi kesalahan sistematik adalah dengan mendesain pengukuran
secara teliti, termasuk misalnya mengisolasi lingkungan di mana
percobaan atau pengukuran dilakukan. Tentu saja, kemungkinan terjadinya
kesalahan sistematik tetap ada, walaupun percobaan telah dirancang
dengan sangat teliti. Cara lain untuk mengurangi kesalahan sistematis
adalah dengan melakukan kalibrasi pada alat ukur. Kalibrasi berarti
bahwa kita menggunakan alat ukur yang kita miliki untuk mengukur
beberapa nilai besaran yang sudah diketahui, kemudian membandingkan
hasilnya.
Untuk lebih jelas mengenai
kesalahan sistematis ini, simak dengan seksama bagaimana kesalahan
sistematis yang timbul dalam pengukuran berat badan dengan timbangan
digital berikut ini. Seseorang mungkin menganggap bahwa sebuah neraca
digital yang digunakan untuk mengukur berat benda menunjukkan hasil yang
sangat eksak karena teknologinya yang sudah digital.
Pada
saat belum ada beban, temyata neraca tersebut menunjukkan an: -1,1
gram. Ketika empat buah koin 25-gram ditambahkan satu per sebagai beban,
diperoleh hasil pengukuran berturut-turut 24,2, 49,5, 74. dan 100,1
gram. Angka -1,1 gram merupakan kesalahan dari alat yang disel juga
sebagai kesalahan tetap. Kita harus menambahkan 1,1 gram untuk seti;
hasil penimbangan beban, sehingga hasil penimbangan yang dilakukan h;
dikoreksi oleh kesalahan tetap ini, yaitu 25,3, 50,6, 76,0, dan 101,2
gr;
Sampai di sini, kita harus mulai
menginterpretasikan data yang peroleh agar bisa kita manfaatkan dengan
tepat. Jika kita bagi 50,6 deng; 2, kita peroleh 25,3, angka yang sama
dengan hasil penimbangan satu beh Jika kita bagi 76,0 dengan 3, kita
peroleh 25,33, hampir sama dengan untuk satu dan dua beban. Dan jika
kita bagi 101,2 dengan 4, kita perol 25,3 juga. Jika koin-koin ini
dibuat di pabrik dengan ukuran masing-masii 25 gram, maka kita peroleh
kesalahan sistematik +0,3 gram, atau +1,2 gr; untuk tiap 100 gram.
Kesalahan ini disebut kesalahan sistematik karei mengikuti suatu
“sistem” atau “aturan”. Kesalahan ini dapat diprediksi, d; mengikuti
suatu aturan matematis, yaitu suatu hubungan linear antara beb; dan
kesalahannya. Dalam kasus ini, kesalahan alat sama dengan 1,2/100 = 0,1
per hasil yang ditunjukkan.
Sekarang,
berapakah berat (sebenamya massa) yang sesungguhnya d; hasil
penimbangan sebuah benda, yang ketika ditimbang menunjukkan ang 144,5
gram? Pertama, kita tambahkan hasil ini dengan kesalahan konst; 1,1
gram, sehingga menjadi 145,6 gram. Hasil ini harus kita kurangi deng;
kesalahan sistematisnya yaitu 0,012 x 144,5 = 1,734 gram, sehingga ber;
(atau massa) yang sesungguhnya adalah 145,6 – 1,734 = 143,9 gra
(dibulatkan).
Kesalahan Random (acak)
Kesalahan
random tidak dapat dihindari. Kesalahan random dinyatakan dal tanda
plus atau minus. Besar kesalahan random tidak diketahui, tetapi dapat
diperkirakan. Kesalahan random disebabkan oleh ketidaksempumaan manusia
dan alat, seperti halnya ketidakpastian dalam menentukan pengaruh
lingkungan terhadap pengukuran.
Kesalahan
personal merupakan kesalahan random. Manusia tidak dapat mengukur
dengan sangat tepat. Selalu ada ketidaksempumaan dalam melaku- kan
pengukuran, misalnya kesalahan paralaks, kesalahan dalam menentukan
letak suatu titik, dan lain sebagainya. Kesalahan random adalah
kesalahan yang terjadi ketika kita berusaha melakukan “pengukuran dengan
tepat”, tetapi selalu terjadi sedikit salah dalam menentukan apa yang
dianggap tepat tersebut karena ketidaksempumaan alat dan manusia
sendiri.
Kesalahan random akan selalu
muncul, tetapi dapat diperkecil dengan cara melakukan pengukuran
berulang-ulang. Selanjutnya, dengan metode statistika, kita dapat
menghitung besamya kesalahan random ini. Ketika melaporkan hasil
pengukuran, kesalahan (atau ketidakpastian) hasil pengukuran seringkali
dinyatakan secara langsung sebagai selisih terbesar antara nilai
rata-rata hasil pengukuran dengan masing-masing pengukuran. Di samping
itu, kesalahan juga sering dinyatakan sebagai setengah skala terkecil
dari alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Sebagai
contoh, perhati- kan hasil pengukuran panjang yang dilakukan 8 kali
berikut ini.
Panjang (mm) 78 81 78 79 80 78 79 80
Rata-rata
hasil pengukuran ini adalah 79,125 mm, dibulatkan menjadi 79 mm.
Selisih terbesar antara nilai rata-rata dengan masing-masing pengukuran
individual adalah 81 – 79,125 = 1,875 mm, dibulatkan menjadi 2 mm. Hasil
pengukuran akhimya dinyatakan sebagai 79 ± 2 mm. Dengan demikian, kita
nyatakan bahwa panjang yang sebenamya dari objek yang kita ukur berada
di antara 77 mm sampai 81 mm.
Para
ilmuwan telah menyepakati peijanjian sederhana mengenai kesalahan dalam
pengukuran, yaitu jika kesalahan hasil pengukuran tidak disebutkan
secara ekplisit, maka kesalahan pada suatu angka hasil pengukuran sama
dengan setengah skala terkecil. Misalnya, 25 mm memiliki kesalahan 0,5
mm 25,00 mm memiliki kesalahan 0,005 mm
Dalam
matematika, 25 mm = 25,00 mm, tetapi dalam fisika berlaku bahwa, 25 mm 4
25,00 mm, karena kedua angka ini memiliki besar kesalahan atau
ketidak-pastian yang berbeda.
Perhitungan Yang Melibatkan Kesalahan Hasil Pengukuran
Secara umum, perhitungan angka-angka hasil pengukuran menambah besamya kesalahan atau ketidakpastian. Misalnya,
(12 ± 2) + (15 ± 3)
menghasilkan
penjumlahan terkecil 10 + 12 = 22 dan penjumlahan terbesar 14 + 18 = 32
sehingga hasilnya kita tulis sebagai 27 ± 5. Terlihat bahwa penjumlahan
tersebut memperbesar kesalahan hasil pengukuran.
Besarnya kesalahan semakin bertambah besar ketika kita mengalikan dua angka hasil pengukuran. Misalnya,
(12 ± 2) x (15 ± 3)
menghasilkan perkalian terkecil 10×12 = 120 dan perkalian terbesar 14 x 18 = 252. Hasil perkalian kita tulis sebagai 180 ± 66.
Jelas
bahwa perhitungan yang melibatkan kesalahan hasil pengukuran semacam
ini akan memakan cukup banyak waktu. Oleh karena itu, para ilmuwan
menyepakati perhitungan angka-angka hasil pengukuran yang melibatkan
kesalahan sebagai berikut.
Ketika angka-angka dijumlahkan atau
dikurangkan, maka kesalahan mutlaknya (atau kesalahan absolut)
dijumlahkan. Misalnya, (15 ± 4) + (19 ± 5) = (34 ±9).
Ketika
angka-angka dikalikan atau dibagi, maka persen kesalahannya
dijumlahkan. Misalnya, (20 ± 1) x (100 ± 10) = (20 ± 5%) x (100 ± 10%) =
(20 x 100) ± (5% + 10%) = 2000 ± 15% = 2000 ± 300.
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang6 Bentuk Kesalahan Dalam Pengukuran Dan Cara Penanganan Terlengkap.
Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber
literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan
selanjutnya.
Pengertian dan Aturan Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran. Angka penting ini terdiri atas angka
pasti dan angka terakhir yang ditaksir (angka taksiran). Aturan
penulisan angka penting yaitu:
Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Contoh: 14,54 mempunyai 4 angka penting.
Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting. Contoh: 5700,09 mempunyai 6 angka penting.
Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal
(tanda koma) bukan termasuk angka penting, kecuali diberi tanda khusus
(garis bawah/atas). Contoh: 406.000 mempunyai 3 angka penting;
Angka nol di sebelah kanan tanda desimal dan di sebelah kiri angka
bukan nol tidaktermasuk angka penting. Contoh: 0,00045 mempunyai 2 angka
penting.
Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan
nol adalah angka penting. Contoh: 28,00 mempunyai 4 angka penting;
0,004200 mempunyai 4 angka penting.
Semua angka sebelum orde (pada notasi ilmiah) termasuk angka penting.
Operasi Angka Penting
Aturan Angka Penting Dalam Penjumlahan dan Pengurangan
Hasil penjumlahan dan pengurangan angka
penting harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan bilangan
yang memiliki angka penting terbanyak dari bilangan-bilangan yang
dijumlahkan atau dikurangkan serta hanya boleh mengandung satu angka
taksiran (angka taksiran biasanya diberikan garis bawah. Angka taksiran
tidak termasuk angka penting. Jika tidak ada tanda garis bawah, maka
yang termasuk angka taksiran adalah angka terakhir dari bilangan
tersebut).
Aturan Angka Penting Dalam Perkalian dan Pembagian
Penulisan hasil perkalian dan pembagian
pada angka penting mengikuti angka penting paling kecil. Atau Hasil
perkalian dan pembagian angka penting harus memiliki angka penting
sebanyak angka penting yang paling sedikit diantara bilangan yang
dikalikan.
Aturan Pembulatan Angka Penting
Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan.
Notasi Ilmiah
Untuk bilangan yang lebih dari 10,
pindahkan tanda desimalnya kekiri sampai hanya ada satu angka disebelah
kiri tanda koma dan angka itu tidak boleh angka nol, kemudian hitung
berapa kali tanda koma digeser kekiri. Jumlah penggeseran tanda koma
merupakan pangkat eksponensial dan pangkat itu selalu bertanda positif.